Senin, 04 Agustus 2008

borobudur dan kota jogja

MELEBIHI BOROBUDUR: PEMBAURAN JOGJA PETA MASA LAMPAU DAN RENCANA MASA DEPAN. MARK NEWTON MENEMUKAN LEBIH DARI APA YANG DIA HARAPKAN DARI PERJALANANNYA SELAMA SEMINGGU DI JOGJAKARTA

Waktu senja di Jogja, aku dan pacarku di becak menelurusi jalanan macet, udara panas bercampur bau rokok, disel dan bawang goreng. Lampu mobil menyorot ke arah becak dan menyilaukan mata kita. Kalau di tempat lain, aku sudah panik. Akan tetapi, Jogja memiliki efek memukau bagi kita. Kita duduk dan berpegangan erat di kursi becak.

Becak kita berjalan menuju taman, melewati pepohonan, menembus bayangan hitam tajam Candi Prambanan, Pura Hindu. Disini, berkilauan warna emas dan merah darah, dimana pertunjukan Ramayana di mulai – lebih dari 200 penari menampilkan tarian Jawa di bawah langit terbuka pada malam hari. Suasana ini sangat memukau, Globe Theatre di London tidak bisa menyainginya.

Diapit oleh Gunung Merapi dan Laut India, Jogja tumbuh sebagai kota yang tak pernah kehilangan daya tarik asalnya. Tempat bermulanya budaya ini sering dijadikan sebagai tempat perberhentian bagi orangorang yang ingin ke Candi Borobudur. Selama 8 hari disini, aku bisa bersaksi bahwa siapa saja yang berani menaiki becak dan menghirup udaranya, Jogja merupakan kota yang sungguh menakjubkan.

Pertama, kunjungilah Kraton atau Istana Sultan, memasuki perpindahan era masa lampau yang menarik dan mendebarkan, para sultan dan prajurit perang. Dan kemudian, menelusuri Kraton, dimana terdapat banyak toko yang menjual kerajinan tangan, sekolah, mesjid dan tempat pangkas.

Kunjungilah toko Wayang Kulit untuk wayang yang berkualitas terbaik di Jawa. Wayang ini dibuat secara teliti dari kulit banteng yang dicat. Kerajinan tangan yang benar-benar luar biasa – Kepribadian wayang tersebut terpancar dari pembuatannya yang sangat hati-hati dan teliti.

Dimainkan dibelakang layar, pertunjukan wayang kulit ini sangat menarik, yang di arahkan dan dimainkan oleh dalang, yang berperan sebagai pemain wayang sebanyak 20 wayang, direktur gamelan (orkestra) dan penyamar, menampilkan cerita mistik, menggerakkan wayang dengan tangan yang tangkas dan cepat. Kaki kanan dalang memukul keras sebagai simbol yang menandakan gerakan wayang dan alur cerita.

Begitu anda merasa lapar, cobalah masakan Padang. Walaupun, masakan Padang bukanlah makanan asli Jogja, tetapi sudah disempurnakan disini. Makanan di sajikan didepan anda, dan anda bisa memilih kari, daging bakar dan sayuran segar. Kemudian, anda membayar apa yang anda makan saja. Sangat mengenyangkan dan memuaskan.

Keesokan paginya, kunjungilah Kota Gede, kota penghasil perak. Kota sepi ini dipenuhi dengan toko yang menjual mangkuk buatan tangan, barang hiasan emas atau perak dan barang perhiasan moderen. Kemudian, kunjungilah salah satu restoran terbaik di Jogja, Omar Duwur. Dengan desain kolonialnya, restoran ini menyajikan makanan Jawa. Untuk lebih romantis, sewalah kereta kuda, untuk mengunjungi Candi Prambanan. Candi Hindu terbesar di Jawa. Banyak bangunannya telah runtuh dan diperbaiki lagi. Hal tersebut tidak akan mengecewakan di saat anda menelusuri lorong yang sempit yang dipenuhi dengan cerita yang diukir sepanjang dinding lorong tersebut.

Kunjungan ke Jogja tidak lengkap jika anda tidak mengunjungi Gunung Merapi, gunung api yang menjulang tinggi di kota ini. Masih aktif, gunung ini memiliki jalan setapak yang bisa dilewati. Atau, dengan kendaraan, anda menuju tengah gunung api, dan kemudian melalui jalan setapak, melewati pohon untuk menikmati pemandangan asap gunung api yang unik.

Kenangan terakhir Jogja merupakan kenangan yang paling indah. Di siang hari, di salah satu pedesaan, dengan suasana hati yang berbunga-bunga diliburan kita, aku menjadikan Jogja sebagai kenangan yang tak terlupakan bagi keluargaku, dan aku melamar pacarku.

Dengan tulus, dia menerima lamaranku. Kita duduk, memandang sawah dan memikirkan masa depan. Kita tahu ini merupakan kenangan yang terindah, dan kota ini selalu menanti kedatangan kita.

sejarah kota jogja

DIY adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi, satu dari 26 daerah Tingkat I yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta, sebuah kota yang kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati. Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram.

Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan potenssi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam. Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di propinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari 26 propinsi (dulunya 27 propinsi sebelum Timor Timur keluar dari negara kesatuan Indonesia) di Yogyakarta. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut sebagai miniatur Indonesia.
Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Yogyakarta merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.